Ekspedisi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Pulau Mursala, Kepulauan
Riau, menemukan lagi pohon kayu keras jenis meranti,
Dipterocarpus cinereus Sloot, yang dinyatakan punah tahun 1998. Penyelamatan keanekaragaman hayati diyakini belum terlambat.
”Hanya
sedikit pohon itu yang tersisa di Pulau Mursala. Perlu diselamatkan,”
kata Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mustaid Siregar, Rabu (10/4/2013), di
Bogor, Jawa Barat. Penyelamatan hayati untuk menemukan manfaat lain yang
lebih besar.
Menurut anggota tim ekspedisi Yayan Wahyu,
masyarakat lokal menyebut pohon kayu tersebut sebagai keruing. Jenis
kayu itu bernilai ekonomi tinggi dengan jumlah yang sudah sedikit di
habitatnya di Pulau Mursala.
Tim ekspedisi terdiri atas kelompok
peneliti Reintroduksi dan Restorasi Kebun Raya Bogor. Mereka adalah
Yayan Wahyu C Kusuma, Wihermanto, Selin Siahaan, dan Rahmat. Tim
ekspedisi ingin memastikan keberadaan jenis pohon kayu yang sudah
dinyatakan punah itu.
Berdasarkan catatan herbarium, pohon itu
pertama kali ditemukan pegawai Jawatan Kehutanan berkebangsaan Belanda,
AV Theunissen, tahun 1916. Sebelas tahun berlalu, jenis pohon yang saat
itu sudah tergolong sedikit ini diidentifikasi Dirk Fok van Slooten.
Tahun 1998, Lembaga Konservasi Alam Dunia (IUCN) menyatakan jenis pohon
ini hilang atau punah.
Menurut Mustaid, Indonesia wajib
menjalankan konvensi internasional mengenai penyelamatan keanekaragaman
hayati atau Convention on Biological Diversity (CBD). Hal itu, antara
lain, karena telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang
Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman
Hayati.
Peringkat IndonesiaData terbaru
dari daftar merah IUCN tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat ke-5
bersama Brasil sebagai negara dengan jumlah tumbuhan terancam kepunahan
tertinggi di dunia. Tercatat sebanyak 393 jenis tumbuhan dari total
1.063 jenis tumbuhan terancam punah. Jumlah itu meningkat 1,7 persen
dibandingkan dengan tahun 2010.
Mustaid menyebutkan, tim
ekspedisi Pulau Mursala menemukan lebih dari 70 koleksi tumbuhan dengan
200 spesimen. Setidaknya, tujuh jenis pohon meranti-merantian
(Dipterocarpaceae) langka sesuai daftar merah IUCN telah ditemukan.
Di
Sumatera, teridentifikasi 8 marga dan 112 jenis tumbuhan dalam suku
Dipterocarpaceae. Sebanyak 12 jenis di antaranya tercatat terdapat di
Pulau Mursala. ”Tim ekspedisi menemukan 10 jenis,” kata dia.
Kesepuluh
spesies Dipterocarpaceae tersebut meliputi Dipterocarpus cinereus Sloot
(sudah dinyatakan punah). Selebihnya, sebagian besar terancam punah
yang meliputi Dipterocarpus caudatus Foxw. s.sp. penangianus (Foxw)
Ashton, Dipterocarpus kunstleri King, Vatica perakensis King, Vatica
pauciflora Blume, Dryobalanops aromatica C.F. Gaertn, Dryobalanops
oblongifolia Dyer, Shorea parvifolia ssp. parvifolia, Shorea macrantha
Brandis, dan Hopea cf bancana (Boerl.) Sloot.
”Keberadaan kebun raya tematik pohon meranti-merantian termasuk sangat mendesak untuk diwujudkan,” kata Mustaid.
(NAW)